Selasa, 06 April 2010

Laut pelahap karbon

Sekali waktu coba anda iseng untuk mengambil air laut, tak perlu banyak cukup satu gayung saja, setelah itu perhatikan denagn cermat air tersebut, Sadarkah anda sedang berhadapan dengan ratusan ribu hingga jutaaan tumbuhan?, memang anda tidak dapat melihat secara kasatmata, melainkan mesti lewat mikroskop. Maklum tumbuhan yang satu ini namanya fitoplankton. Ukurannya sangat mini. Untuk jenis Diatom atau Dinoflagellate, misanya besarnya hanya 20 mikrometer ( 1 mikrometer = sepermilyar meter). Bahkan untuk jenis Cocolithopborid besarnya hanya sepersepuluh dari besar Diatom alias besarnya tak lebih dari 2 mikrometer. Meski ukurannya micron, jangan remehkan kemampuan mereka. Lantaran memilki zat hijau daun alias klorofil, individu-individu laut tak ubahnya tanaman atau pepohonan yang ada didarat yang dapat mereduksi karbon.Fitoplankton tak ubahnya sebagai hutan belantara yang tak kasat mata.
Dibalik kekayaannya yang sangat melimpah, laut sangat berperan terhadap perubahan iklim dunia. Betapa tidak dengan luas 73% luas lautan yag menyelimuti bumi , seluruh permukaan laut berpotensi besar ikut menekan emisi karbon dunia. Yang akhir-akhir ini menjadi momok yang paling menakutkan bagi pemanasan global. Selama ini penyerapan laut kalah popular dalam hal penyarapan emisi karbon dibandingkan dengan hutan yang kerap disebut paru-paru dunia. Oleh karena pendapat tersebut, pelestarian hutan menjadi focus yang teramat penting, padahal potensi laut dalam menekan emisi karbon tak kalah besar. Lantaran siklus karbon sebagian besar terjadi di laut. Wilayah ini punya peran yang sangat penting. Bahkan sejumlah ahli Biologi berpendapat bahwa hanya 10% siklus karbon yang terjadi di darat. Tak mengherankan jika terganggunya siklus karbon di laut juga akan berdampak pada pemanasan global.

0 komentar: