Rabu, 12 Mei 2010

Keadaan air bersiH DI Jakarta sangat memprihatinkan


Realitanya kuantitas dan kualitas air di Jakarta makin lama terus turun. Selain disebabkan akan cadangan air tanah semakin terkuras,timbul permasalahan lain yaitu banyaknya air resapan (sumur) tercemar bahan-bahan organik dan anorganik. Permasalahn air di Jakarta dirasakan kian hari kian gawat. Hal ini dirasakan sangat dirasakan oleh penduduk ibukota yang semakin sulit pasokan air bersih . Selain karena air tanahnya yang tercemar,ditambah keadaan kota Jakarta yang dihuni hampir 12 juta jiwa yang memunculkan permasalahan yang serius. Sedangkan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya dirasa masyarakat belum maksimal seperti yang mereka harapkan. Karena dari kebutuhan air bersih penduduk ibukota,hanya sekitar 51% saja yang bisa dipenuhi oleh PAM sisanya sebesar 49 persen kebutuhan warga Jakarta dipenuhi air bawah tanah dan air permukaan.
Krisis ketersediaan air tanah di Jakarta terjadi karena pemanfaaan yang berlebihan oleh warga setempat. Pada saat bersamaan, jumlah sumur bor yang berfungsi menyedot air tanah hingga mencapai kedalaman berpuluh-puluh meter terus bertambah seiring dengan tumbuh pesatnya kawasan industri. Kondisi ini diperparah oleh kontrol yang lemah oleh pihak pemerintah setempat .Eksploitasi air tanah secara besar-besaran akan berdampak pada kosongnya persediaan air dibawah tanah. Akibatnya,yang timbul sekarang ialah permukaan tanah bisa semakin menurun dan cadangan air tanah menipis.
Akibat lainnya, pada musim kemarau, warga Jakarta juga harus bersiap-siap memperdalam sumurnya jika ingin bisa mendapatkan air bersih. Atau harus mengganti pompa air baru agar bisa menyedot air tanah.

Berdasarkan data Dinas Pertambangan DKI Jakarta tahun 2004, yang masuk zona sangat kritis ialah kawasan dengan kedalaman muka air tanah lebih dari 16 meter dengan fluktuasi muka air tanah lebih dari delapan meter. Sedangkan zona kritis yang memiliki kedalaman muka air tanah 12-16 meter dengan fluktuasi muka air tanah 6-8 meter. Daerah yang masuk zona kritis, dan sangat kritis, antara lain Cempaka Putih, Johar Baru, Senen, Tanah Abang di Jakarta Pusat; Kembangan, Kebon Jeruk di Jakarta Barat; Setiabudi, Kebayoran Lama, Tebet, Pasar Minggu, Jagakarsa di Jakarta Selatan; dan Duren Sawit, Makassar, Cipayung, Ciracas, Pasar Rebo di Jakarta Timur.Daerah yang tergolong zona rawan dan sangat rawan antara lain Cengkareng, Petamburan, Kebon Jeruk, Kembangan, Taman Sari, dan Gambir. Selain itu, Menteng, Setiabudi, Matraman, Johar Baru, Pulo Gadung, dan Cakung.

0 komentar: